Hampir dua tahun terakhir, recall kendaraan marak dilakukan oleh produsen otomotif. Tak tebang pilih, hampir semua perusahaan melakukan ini.
Januari lalu, hampir
270.000 Lexus IS model yang dibikin antara tahun 2006 dan
awal 2012 telah ditarik akibat salah perakitan holding nut yang berfungsi memegangi lengan wiper .
“Jika gerak wiper yang "dibatasi oleh beban eksternal, seperti
penumpukan salju berat, nut bisa lepas dan membuat
wiper tak berguna,” jelas
manajemen Lexux. Meski begitu, hanya sekitar 0,009 persen dari pemilik yang melaporkan hal itu.
Setelah mengidentifikasi
penyebabnya, induk perusahaan Toyota mengeluarkan perintah recall. Dikombinasikan dengan insiden terpisah lainnya, selama 2013 Toyota telah me-recall lebih dari 1 juta
kendaraan.
Tahun lalu Highway Traffic Safety Administration Nasional mencatat ada 586 kasus keselamatan kendaraan terkait kepatuhan pengguna. Meskipun angka tersebut menunjukkan sedikit penurunan dari tahun 2011.
Tahun lalu Highway Traffic Safety Administration Nasional mencatat ada 586 kasus keselamatan kendaraan terkait kepatuhan pengguna. Meskipun angka tersebut menunjukkan sedikit penurunan dari tahun 2011.
Angka-angka ini mencerminkan ada kecerobohan yang dilakukan oleh para produsen mobil. Namun, data yang dikumpulkan oleh JD Power and Associates dan Uni Konsumen , baik kualitas kendaraan dan kehandalan, menunjukkan sebaliknya: membaik, tahun demi tahun.
Dan hal yang paling mengejutkan adalah pemerintah tidak langsung menuntut penarikan kembali tersebut. Sekitar dua sampai tiga kali recalls pada tahun 2012 tidak memberikan dampak pengembangan ke depan.
Dan hal yang paling mengejutkan adalah pemerintah tidak langsung menuntut penarikan kembali tersebut. Sekitar dua sampai tiga kali recalls pada tahun 2012 tidak memberikan dampak pengembangan ke depan.
Jim Hall, seorang analis
industri otomotif, berpendapat bahwa para pembuat mobil hanya
menjadi ekstra hati-hati.
"Motivasinya adalah
untuk menghindari litigasi di masa depan, sebagian besar. Biaya terburuk adalah
jika Anda dianggap sebagai menutupi sesuatu," ulas Hall. "Memperbaiki masalah-terutama jika Anda sudah memiliki reputasi
yang baik-hanya dianggap sebagai melakukan hal yang benar,”
lanjutnya. – Anjar Leksana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar