Selasa, 22 Januari 2013

MEMBESARKAN TOKOBAGUS.COM DENGAN BEKAL HARGA BAGUS






BERMODALKAN DUIT SEJUTA RUPIAH, ARNOLD SEBASTIAN EGG BERHASIL MENGEMBANGKAN TOKOBAGUS.COM MENJADI SITUS E-COMMERCE TERKEMUKA. IA YAKIN, KUNCI SUKSES TOKO ONLINE IALAH MENYAJIKAN HARGA LEBIH MURAH KETIMBANG TOKO FISIK. Oleh Anjar Leksana

Jeli menangkap peluang dan tidak takut mengambil keputusan menjadi prinsip Arnold Sebastian Egg dalam membesarkan TokoBagus.com. Pada mulanya, kecintaan pria berdarah Belanda ini pada dunia teknologi informasi (TI) terasah sejak menimba ilmu di jurusan TI Universitas James Madison, Virginia, AS. Selepas kuliah, salah satu  perusahaan di Eropa memintanya membuatkan situs e-commerce.

Namun, karena sulit bersaing, pada tahun 2000 pria yang akrab dipanggil Arno ini pun memilih hijrah ke Indonesia. Pilihan Arno jatuh pada Indonesia bukan tanpa alasan. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa menjadi pasar yang empuk bagi bisnis e-commerce. Apalagi lembaga riset MasterCard Worldwide pernah melansir data, sebanyak 57% orang Indonesia sudah karib berbelanja online.

Berbekal analisa tersebut, Arno pun memberanikan diri mengadu nasib di Bali. Dengan modal Rp1 juta, Arno mencoba membuat domain TokoBagus yang kemudian meresmikannya menjadi TokoBagus.com pada 2005.

Arno menjelaskan, ada empat jenis e-commerce yang berkembang di Indonesia. Di antaranya marketplace, wadah berkumpulnya penjual dan pembeli yang menyediakan layanan pembayaran dan pengiriman seperti BliBli.com, Multiply.com, Plasa.com, dan Tokopedia.com.

Yang kedua, classified ads, yakni website yang menyediakan lapak untuk iklan baris. Model bisnis seperti ini paling sulit dilacak karena transaksinya kebanyakan terjadi secara offline. Contoh situs seperti ini ialah Berniaga.com, Kaskus.us, dan Tokobagus.com.
Selanjutnya, ada pula e-commerce jenis daily deals yang menawarkan diskon produk seperti Disdus.com, DealKeren.com, dan DealGoing.com. Dan yang terakhir, online retail, atau situs online toko offline seperti Bhinneka.com dan Gramedia.com.

“TokoBagus.com sendiri tergolong classified ads yang tak menerapkan komisi dan juga tak terlibat dalam transaksi penjualan,” jelas Arno yang juga duduk sebagai presiden direktur TokoBagus.com. Jadi, semua orang yang memasang iklan, tidak dipungut biaya. Sebagai gantinya, TokoBagus.com mendapatkan pemasukan dari promosi iklan produk.
Harus diakui, pada awal pendirian TokoBagus.com, internet memang masih mahal. Apalagi, kehausan masyarakat di Bali akan internet pun belum tinggi. “Itu sebabnya bisnis ini masih kembang kempis,” tutur Arno.

Demi menyelamatkan bisnisnya, pria yang lahir 32 tahun silam itu pun hijrah ke Jakarta. Perkiraan Arno tidak meleset. Orang Jakarta memang lebih tergantung pada internet. Lalu tahun 2008, media sosial booming dan ini diyakini menjadi pemantik hobi berbelanja online.
Untuk memuluskan usahanya, Arno mengedukasi pasar lebih dulu. Ia juga meyakini, agar bisa bersaing dengan toko fisik, toko online harus lebih murah, cepat, serta praktis sehingga tak membuang banyak waktu. “Sekarang banyak toko online di Indonesia yang menjual produk-produknya dengan harga mahal. Seharusnya, online itu harus lebih murah ketimbang offline, karena tak perlu buka lahan,” ujar pria yang hobi nonton film bersama keluarga itu.

Berbekal hal tersebut, kini TokoBagus.com berhasil berkembang dan memiliki 90 orang karyawan dan 1,7 juta merchant. “Ke depan jumlah pengunjung ini akan naik seiring berkembangnya internet. Kami menargetkan pengunjung naik lima kali lipat,” tuturnya mantap.
Setiap bulan, TokoBagus.com berhasil merekam transaksi lebih dari Rp1 triliun. Situs pemeringkat website Alexa.com menempatkan TokoBagus.com di urutan ke-19 sebagai situs dengan pengunjung terbanyak di Indonesia.

Melihat Amazon.com yang begitu besar, Arno pun optimistis bisnis yang dibangunnya ini akan maju. Karena itu, Arno mendukung adanya standarisasi dalam berbisnis online. Maklum, selama ini memang belum ada aturan yang jelas dalam bisnis e-commerce, seperti hak konsumen dan tempat penampungan klaim.

Hal senada juga diungkapkan oleh Daniel Tumiwa, Ketua Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA). “Asosiasi ini akan membuat standar yang bisa digunakan oleh perusahaan e-commerce dalam melaksanakan bisnis online," tuturnya. Beberapa isu yang bakal dibikin pakemnya antara lain cara e-commerce yang aman dan bertanggung jawab, regulasi pemerintah yang pro industri, sistem pembayaran, kejahatan cyber, perlindungan pelanggan, serta kerjasama logistik.

Tidak ada komentar: